Tragedi jatuhnya pesawat Air India AI171 pada 12 Juni 2025 meninggalkan duka mendalam bagi India dan dunia. Pesawat Boeing 787 Dreamliner yang membawa 230 penumpang dan 12 awak menuju London itu jatuh di daerah pemukiman padat penduduk di Ahmedabad, segera setelah lepas landas dari Bandara Sardar Vallabhbhai Patel. Kejadian ini menimbulkan gelombang kesedihan dan pertanyaan. Namun, di tengah duka tersebut, muncul pula penyebaran informasi keliru di media sosial.
Hoaks Foto Pesawat Air India Terbakar
Beredar luas di media sosial foto yang diklaim menunjukkan pesawat Air India yang terbakar pasca kecelakaan. Foto tersebut menampilkan pesawat dengan ekor bergambar bendera India yang tampak hangus terbakar, meskipun bentuk badan pesawat masih relatif utuh.
Gambar tersebut telah ditelusuri dan dipastikan sebagai hasil manipulasi menggunakan kecerdasan buatan (AI). Pemeriksaan menggunakan Hive Moderation menunjukkan probabilitas foto tersebut dibuat dengan AI generator mencapai 99,3 persen.
Penjelasan Cek Fakta Kompas.com
Kompas.com telah melakukan verifikasi terhadap foto yang beredar. Hasilnya, foto tersebut terbukti palsu dan merupakan produk dari teknologi AI, bukan dokumentasi kejadian sesungguhnya.
Penyebaran foto palsu ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dan memperburuk situasi yang sudah menyedihkan. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengecek kebenaran informasi sebelum menyebarkannya lebih lanjut.
Pentingnya Literasi Digital di Era Informasi
Kejadian ini menyoroti pentingnya literasi digital di tengah derasnya arus informasi di era digital. Kemampuan untuk membedakan informasi yang benar dan salah menjadi semakin krusial.
Kemudahan mengakses dan membuat konten digital, termasuk melalui AI, juga berpotensi memunculkan informasi palsu yang menyesatkan. Oleh karena itu, dibutuhkan kewaspadaan dan kemampuan kritis dari setiap individu dalam mengonsumsi informasi.
Cara Membedakan Informasi Palsu
Beberapa langkah sederhana dapat dilakukan untuk meningkatkan literasi digital. Pertama, periksa sumber informasi. Sumber yang kredibel dan terpercaya akan selalu menyertakan data dan fakta yang terverifikasi.
Kedua, bandingkan informasi dari berbagai sumber. Informasi yang benar biasanya konsisten di berbagai sumber terpercaya. Ketiga, waspadai informasi yang terlalu sensasional atau emosional. Informasi yang bertujuan untuk memanipulasi emosi seringkali tidak akurat. Keempat, gunakan alat pengecek fakta. Banyak platform dan situs web yang dapat membantu memverifikasi kebenaran informasi.
Peristiwa ini, selain menimbulkan duka, juga menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya literasi digital. Masyarakat perlu lebih kritis dalam menyaring informasi dan menghindari penyebaran hoaks yang dapat memperburuk situasi dan melukai perasaan keluarga korban. Dengan literasi digital yang baik, kita dapat bersama-sama membangun ruang digital yang lebih sehat dan bertanggung jawab. Semoga tragedi ini dapat menjadi pengingat untuk selalu mengedepankan akurasi dan kebenaran dalam berbagi informasi.