Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, menekankan pentingnya langkah konkret untuk mencapai swasembada pangan. Pemerintah saat ini tengah merumuskan strategi untuk mewujudkan target tersebut, mengingat swasembada pangan merupakan program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Menurut Wamentan, kunci keberhasilan program ini terletak pada peningkatan produksi pertanian. Bukan sekadar wacana atau seminar, melainkan aksi nyata di lapangan.
Peningkatan Produksi: Inti dari Swasembada Pangan
Wamentan Sudaryono menegaskan, swasembada pangan dimulai dari peningkatan produksi di sektor pertanian. Menanam lebih banyak berarti memanen lebih banyak, sehingga kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi.
Hal ini disampaikan usai menghadiri acara Indonesia Connect by Liputan6 di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (19/6/2025). Beliau menekankan pentingnya peningkatan produksi untuk mencapai swasembada pangan.
Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan dukungan dari berbagai sektor. Teknologi pertanian modern, bibit unggul, dan pupuk berkualitas merupakan beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan.
Peningkatan produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Selain itu, kesejahteraan petani sebagai pelaku utama juga harus diperhatikan.
Baik intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian memiliki tujuan yang sama: meningkatkan jumlah tanaman untuk hasil panen yang lebih besar. Keduanya saling melengkapi dalam upaya mencapai swasembada pangan.
Mengatasi Kendala dan Tantangan Produksi
Sudaryono mengakui adanya tantangan dalam upaya peningkatan produksi. Kualitas bibit dan pupuk menjadi salah satu kendala utama yang perlu diatasi.
Kualitas seluruh komponen pertanian harus dijaga. Bibit unggul, ketersediaan air yang cukup, pupuk yang tepat dan sesuai dosis, serta harga panen yang stabil sangat krusial.
Moral petani juga harus dijaga agar produktivitas tetap terjaga. Jika moral petani menurun, hal ini akan berdampak pada seluruh proses produksi.
Dua hal penting yang harus dikelola dengan baik adalah pelaku (subjek) dan sarana produksi (objek). Dengan memperhatikan kedua aspek tersebut, hasil panen diharapkan dapat meningkat.
Swasembada Pangan: Keharusan, Bukan Sekadar Pilihan
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, sejalan dengan Wamentan. Beliau menyatakan bahwa swasembada pangan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Hal ini disampaikan dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (17/6/2025). Presiden Prabowo Subianto selalu menekankan pentingnya kemandirian dan kedaulatan pangan.
Indonesia menunjukkan tren positif menuju swasembada pangan. Proyeksi surplus produksi beras hingga Juli 2025 mencapai 2,8 juta ton (data KSA BPS).
Perum Bulog telah menyerap sekitar 2,5 juta ton setara beras dari dalam negeri sejak Januari hingga pertengahan Juni 2025. Stok tersebut ditambah cadangan dari tahun sebelumnya (1,7-1,8 juta ton).
Ketersediaan beras nasional saat ini dalam kondisi aman. Namun, tantangan tetap ada, terutama di semester kedua tahun 2025.
Tantangan di semester kedua 2025 terutama pada ketersediaan air. Pembangunan saluran irigasi menjadi prioritas utama.
Persiapan lahan, air, benih, pupuk, dan alat mesin pertanian (alsintan) juga perlu dipersiapkan. Sinergi Kementerian Pertanian dan Kementerian PUPR sangat penting.
Selain produksi, penguatan pascapanen juga penting. Modernisasi penggilingan padi (Rice Milling Unit), penyimpanan, pemeliharaan stok, distribusi, dan pembiayaan murah melalui KUR perlu diperhatikan.
Kesimpulannya, pencapaian swasembada pangan memerlukan kerja keras dan komitmen semua pihak. Peningkatan produksi, pengelolaan yang baik, dan antisipasi tantangan di masa mendatang sangat krusial untuk memastikan keberhasilan program ini dan ketahanan pangan nasional.