Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas, memicu kekhawatiran global dan berdampak signifikan pada pasar saham dunia, termasuk Indonesia. Serangan militer AS terhadap instalasi nuklir Iran dan ancaman Iran untuk memblokir Selat Hormuz telah meningkatkan volatilitas pasar. IHSG pun merespon dengan penurunan tajam pada perdagangan Senin pagi.
Situasi ini menimbulkan ketidakpastian bagi investor, mendorong mereka untuk mengambil sikap yang lebih hati-hati. Ancaman terhadap pasokan energi global juga menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga komoditas dan pasar keuangan.
IHSG Melemah di Tengah Ketegangan Timur Tengah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka dengan penurunan signifikan pada Senin pagi, 23 Juni 2025. Penurunan sebesar 114,26 poin atau 1,65 persen menjadi 6.792,88 poin mencerminkan kekhawatiran investor terhadap eskalasi konflik di Timur Tengah.
Indeks LQ45, yang melacak 45 saham unggulan, juga terdampak, turun 15,68 poin atau 2,05 persen ke posisi 749,25. Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas menilai pasar akan sangat sensitif terhadap perkembangan situasi di Timur Tengah.
Dampak Eskalasi Konflik Iran-Israel terhadap Pasar Global
Eskalasi konflik antara Iran dan Israel, yang melibatkan serangan militer AS pada Sabtu, 21 Juni 2025, menjadi katalis utama penurunan IHSG. Serangan tersebut menyasar tiga lokasi nuklir di Iran, yaitu Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Ancaman Iran untuk memblokir Selat Hormuz semakin memperparah situasi. Selat Hormuz merupakan jalur pelayaran vital bagi pengiriman minyak mentah dunia. Penutupan selat ini berpotensi memicu lonjakan harga minyak dan berdampak luas pada inflasi global.
Kenaikan harga minyak dapat memperburuk inflasi global yang sudah ada. Hal ini bisa menunda rencana penurunan suku bunga oleh bank sentral dan membuat suku bunga tinggi bertahan lebih lama. Kondisi ini tentu saja tidak menguntungkan pertumbuhan ekonomi global.
Respon Pasar dan Prospek ke Depan
Para pelaku pasar cenderung bersikap hati-hati selama pekan ini. Selain ketegangan geopolitik, rilis data ekonomi yang memperkuat sikap hawkish The Fed juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Sikap hawkish ini menunjukkan kecenderungan The Fed untuk menaikkan suku bunga.
Harga minyak mentah dunia ikut terpengaruh. Pada Senin pagi, harga minyak mentah Brent tercatat di level 76,90 dolar AS per barel, sementara harga minyak mentah WTI berada di level 75,39 dolar AS per barel.
Investor juga mencermati perkembangan ekonomi di China. China akan segera mengumumkan suku bunga pinjaman satu tahun dan lima tahun untuk bulan Juni. Data ini akan memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi China yang juga berpengaruh pada pasar global.
Pergerakan bursa saham regional Asia pun beragam. Indeks Nikkei melemah, sementara indeks Shanghai menguat. Indeks Hang Seng dan Strait Times juga menunjukkan pergerakan yang berbeda-beda.
Pergerakan bursa saham Eropa dan AS pada Jumat, 20 Juni 2025, menunjukkan pergerakan yang beragam, dengan sebagian bursa menguat dan sebagian lainnya melemah. Ini menunjukkan kompleksitas dan dinamika pasar global di tengah situasi geopolitik yang tidak menentu.
Secara keseluruhan, situasi geopolitik di Timur Tengah dan potensi dampaknya terhadap ekonomi global menjadi sorotan utama yang mempengaruhi sentimen pasar. Ketidakpastian akan terus mewarnai pergerakan IHSG dan pasar saham global hingga situasi politik di Timur Tengah menunjukan tanda-tanda mereda.
Ke depan, penting bagi investor untuk terus memantau perkembangan situasi di Timur Tengah, rilis data ekonomi global, dan kebijakan moneter bank sentral utama untuk mengantisipasi potensi fluktuasi pasar. Diversifikasi investasi juga merupakan strategi penting untuk meminimalisir risiko.