Ancaman krisis iklim semakin nyata. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasinya, tak terkecuali pendekatan spiritual. Di Indonesia, umat Buddha melalui Gerakan Eco-Dhamma, sebuah inisiatif Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), mengambil peran aktif dalam pelestarian lingkungan.
Gerakan ini menggabungkan spiritualitas Buddha dengan praktik ekologi, mendorong partisipasi aktif umat dalam menjaga lingkungan. Dukungan dari pemerintah semakin memperkuat langkah ini.
Eco-Dhamma: Menggagas Solusi Krisis Iklim dari Sudut Pandang Spiritual
Gerakan Eco-Dhamma diluncurkan sebagai respons terhadap dampak krisis iklim yang semakin terasa di Indonesia. Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Wakil Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono, menekankan pentingnya peran serta semua pihak dalam mengatasi masalah ini.
Diaz menyoroti kontribusi aktivitas manusia terhadap krisis iklim, dari konsumsi energi hingga pengelolaan sampah yang buruk. Kota-kota besar di Indonesia menghasilkan sampah dalam jumlah besar, berkontribusi signifikan pada emisi gas rumah kaca.
Dukungan Pemerintah dan Peran Serta Komunitas
Pemerintah Indonesia memberikan dukungan penuh terhadap Gerakan Eco-Dhamma. Dukungan ini mencakup pendampingan teknis dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas.
Program yang direncanakan termasuk pembentukan bank sampah dan kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) serta Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah.
Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas
Salah satu fokus utama Eco-Dhamma adalah pengelolaan sampah. Program ini akan melibatkan edukasi dan pelatihan bagi masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan.
Bank sampah akan menjadi pusat pengumpulan dan pemrosesan sampah, mengurangi jumlah sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kerja sama dengan DLH dan UPTD akan memastikan pengelolaan sampah yang terintegrasi dan efektif.
Harmonisasi Ajaran Buddha dan Pelestarian Alam
Ketua Umum Permabudhi, Philip K. Widjaja, menjelaskan bahwa Eco-Dhamma merupakan perwujudan harmonisasi antara ajaran Buddha dan semangat pelestarian alam. Gerakan ini bukan sekadar kampanye lingkungan biasa.
Eco-Dhamma berupaya mengubah perilaku masyarakat melalui pendekatan spiritual. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama ke dalam praktik pelestarian lingkungan, diharapkan tercipta perubahan perilaku yang lebih berkelanjutan.
Permabudhi telah aktif mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sejak 2019. Program-program yang telah dijalankan meliputi pendirian eco-vihara, kampanye penggunaan eco-enzyme, dan partisipasi dalam Interfaith Rainforest Initiative (IRI).
Inisiatif-inisiatif tersebut membuktikan komitmen Permabudhi dalam isu lingkungan. Langkah konkret ini menunjukkan keseriusan dalam mencapai target SDGs terkait lingkungan hidup.
Gerakan Eco-Dhamma menunjukkan bahwa spiritualitas dan isu lingkungan dapat berjalan beriringan. Dengan pendekatan yang menyentuh nilai dan keyakinan, diharapkan aksi kolektif untuk mengatasi krisis iklim menjadi lebih kuat dan berkelanjutan. Semoga inisiatif ini dapat menginspirasi gerakan serupa di berbagai komunitas agama lainnya, menciptakan sinergi yang lebih luas dalam upaya penyelamatan bumi.