Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono mengumumkan peran penting BUMN PT Agrinas Jaladri Nusantara (Persero) dalam proyek Danantara senilai Rp26 triliun di Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat. Proyek ini berfokus pada revitalisasi tambak seluas 20.413,25 hektare di empat kabupaten: Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu. Dana tersebut merupakan komitmen investasi dari Danantara.
Trenggono menjelaskan peran Agrinas Jaladri sebagai operator utama dalam kegiatan budidaya di tambak Pantura. Hasil produksi dan proses industrialisasi selanjutnya akan melibatkan pelaku swasta. “Agrinas Jaladri diharapkan nanti sebagai operator di sini (tambak Pantura), untuk kegiatan on-farm. Kemudian, hasilnya, produksinya, industrialisasinya bisa dilakukan oleh semua pelaku swasta yang ada,” ungkap Trenggono dalam sebuah talkshow.
Komoditas utama yang akan dibudidayakan adalah nila salin. Ikan ini dipilih karena pertumbuhannya yang cepat dan ketahanan terhadap penyakit. Revitalisasi tambak ini ditargetkan mampu meningkatkan produktivitas dari 0,6 ton per hektare per tahun menjadi 144 ton per hektare per tahun. Proyek ini diproyeksikan menghasilkan 1,18 juta ton nila salin dengan nilai mencapai Rp30,65 triliun.
Menteri Trenggono juga menyinggung potensi pasar yang besar untuk pengolahan nila salin. Saat ini, terdapat sekitar 15 pelaku industri swasta yang bergerak di bidang pengolahan nila, namun kapasitas produksinya masih rendah karena keterbatasan bahan baku dalam negeri. Proyek revitalisasi tambak ini diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb Haeru Rahayu, menjelaskan alasan pemilihan nila salin. Ia menekankan bahwa pilihan ini didasarkan pada riset dan studi mendalam yang melibatkan berbagai institusi dan akademisi. Pemilihan nila salin dianggap sebagai solusi terbaik untuk kondisi lingkungan tambak Pantura yang telah rusak akibat proyek budidaya udang sebelumnya yang mangkrak.
Tb Haeru menjelaskan pentingnya memilih komoditas yang tepat agar usaha budidaya tambak berkelanjutan dan menguntungkan. “Kalau saat ini kita kembalikan revitalisasi dengan kondisi lingkungan yang sudah rusak, itu pembudi daya bukan semakin sejahtera, tapi akan semakin miskin. Kalau dia pinjam di perbankan maka akan macet kredit dan seterusnya,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa nila salin selain memiliki pasar yang baik, juga telah dikuasai teknologinya dan tahan terhadap penyakit.
Rincian Proyek Revitalisasi Tambak
Tahap persiapan revitalisasi tambak di empat kabupaten Jawa Barat dimulai pada tahun ini, sementara pembangunannya dijadwalkan pada tahun 2026. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja bagi 119.100 masyarakat di sektor hulu dan hilir. Proyek ini diharapkan tidak hanya meningkatkan perekonomian daerah, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan nasional.
Analisis Lebih Lanjut
Suksesnya proyek ini sangat bergantung pada beberapa faktor kunci. Pertama, ketersediaan teknologi dan pelatihan yang memadai bagi para pembudidaya. Kedua, dukungan infrastruktur yang memadai, termasuk akses pasar dan pengolahan pasca panen. Ketiga, pengawasan dan pengendalian kualitas lingkungan untuk memastikan keberlanjutan proyek. Kegagalan dalam satu atau beberapa faktor ini bisa mengancam keberhasilan proyek.
Proyek Danantara di Pantura merupakan contoh nyata dari upaya pemerintah untuk memodernisasi sektor perikanan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Namun, keberhasilannya memerlukan perencanaan yang matang, implementasi yang efektif, dan pengawasan yang ketat. Penting untuk terus memantau perkembangan proyek ini dan mengevaluasi dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Selain itu, perlu juga dipertimbangkan dampak sosial ekonomi jangka panjang proyek ini. Apakah proyek ini benar-benar akan meningkatkan kesejahteraan nelayan lokal? Apakah akan ada dampak negatif yang tidak diinginkan, misalnya penggusuran atau konflik lahan? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab secara komprehensif dan transparan untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan proyek.