Diare pada anak merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi. Penyebabnya seringkali berkaitan dengan konsumsi makanan atau minuman yang kurang higienis. Menurut WHO, diare merupakan gejala infeksi pada saluran pencernaan. Meskipun biasanya sembuh dalam waktu kurang dari seminggu, kondisi ini tidak boleh dianggap remeh karena berpotensi menyebabkan dehidrasi.
Dehidrasi akibat diare dapat berbahaya bagi anak. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengenali tanda-tanda dehidrasi sejak dini agar dapat segera memberikan penanganan yang tepat. Berikut beberapa gejala dehidrasi yang perlu diwaspadai.
Kenali 6 Gejala Dehidrasi pada Anak yang Mengalami Diare
Dehidrasi pada anak yang diare ditandai dengan berbagai gejala. Gejala ini dapat bervariasi tingkat keparahannya, mulai dari yang ringan hingga berat. Kecepatan dan ketepatan penanganan sangat berpengaruh pada pemulihan anak.
1. Lemas dan Pucat
Anak yang mengalami dehidrasi seringkali terlihat lebih lemas daripada biasanya. Mereka mungkin kurang aktif, lebih sering tidur, dan warna kulitnya tampak pucat. Perubahan perilaku dan fisik ini merupakan tanda awal yang perlu diwaspadai.
Biasanya, anak yang sehat aktif bermain dan berlari. Jika tiba-tiba menjadi lesu dan tidak bergairah, perlu dicurigai adanya dehidrasi. Orangtua perlu segera memberikan asupan cairan yang cukup.
2. Haus Berlebihan
Rasa haus yang berlebihan merupakan sinyal tubuh membutuhkan cairan. Anak yang dehidrasi akan terus-menerus meminta minum dan mungkin tampak gelisah karena kehausan.
Perlu kejelian orangtua untuk membedakan rasa haus biasa dengan rasa haus akibat dehidrasi. Pada dehidrasi, rasa haus bisa sangat intens meskipun anak sudah minum. Penting untuk memberikan cairan elektrolit untuk mengganti cairan yang hilang.
3. Tidak Ada Air Mata Saat Menangis
Ketiadaan air mata saat menangis merupakan indikator dehidrasi yang cukup serius. Kondisi ini menandakan tubuh anak sudah sangat kekurangan cairan.
Air mata berperan penting dalam menjaga kelembapan mata dan menunjukkan tingkat hidrasi tubuh. Jika anak tidak mengeluarkan air mata saat menangis, segera berikan pertolongan pertama dengan memberikan cairan. Konsultasi ke dokter juga sangat disarankan.
4. Mata Cekung
Area mata anak juga bisa menunjukkan tanda-tanda dehidrasi. Mata yang tampak cekung dan adanya lingkaran hitam di bawah mata menunjukkan kekurangan cairan dalam tubuh.
Mata cekung biasanya disertai dengan wajah yang terlihat lelah dan pandangan yang kurang fokus. Kondisi ini perlu segera ditangani dengan pemberian cairan dan istirahat yang cukup.
5. Warna Urin Pekat
Warna urin anak dapat menjadi indikator tingkat hidrasi tubuh. Urin yang berwarna kuning pekat atau hampir jingga menandakan dehidrasi.
Urin yang normalnya berwarna kuning muda akan menjadi lebih pekat seiring dengan berkurangnya cairan tubuh. Perubahan warna urin ini perlu diwaspadai dan segera diatasi dengan meningkatkan asupan cairan.
6. Jarang Mengganti Popok (pada Bayi)
Pada bayi yang masih menggunakan popok, frekuensi penggantian popok dapat menjadi indikator dehidrasi. Popok yang tetap kering atau hanya sedikit basah dalam beberapa jam menandakan penurunan produksi urin.
Bayi dan balita sehat biasanya buang air kecil setiap tiga hingga empat jam. Jika lebih jarang, terutama saat diare, waspadai kemungkinan dehidrasi. Segera konsultasikan dengan dokter jika hal ini terjadi.
Diare pada anak, meskipun umumnya sembuh dengan sendirinya, tetap memerlukan kewaspadaan orangtua. Dehidrasi merupakan komplikasi serius yang dapat mengancam kesehatan anak. Dengan mengenali keenam gejala di atas, orangtua dapat mendeteksi dini dan memberikan penanganan yang tepat, mencegah kondisi semakin memburuk. Jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika anak mengalami diare dan menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.