Tragedi tanah longsor menerjang sebuah rumah di Kampung Kiararambai, Desa Girimukti, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Rabu, 25 Juni 2024 sekitar pukul 19.00 WIB. Peristiwa yang terjadi saat hujan deras ini mengakibatkan empat orang dari satu keluarga meninggal dunia.
Korban terdiri dari seorang nenek, anaknya, menantunya, dan cucunya. Mereka ditemukan tewas tertimbun reruntuhan rumahnya setelah tanah longsor menerjang bangunan tersebut. Proses evakuasi dilakukan hingga pukul 22.30 WIB dan seluruh korban langsung dimakamkan.
Plt Camat Cisewu, Jajang Juhara, membenarkan kejadian tersebut kepada Antara. Ia menyatakan, “Betul, satu keluarga meninggal akibat longsor.” Lokasi rumah korban yang berada di bawah jalan dan dekat aliran air menjadi faktor penyebab utama peristiwa nahas ini. Hujan lebat memicu longsor yang menyerupai banjir bandang, langsung menerjang rumah tersebut.
Jajang Juhara menjelaskan lebih lanjut mengenai kondisi geografis lokasi kejadian. Rumah korban terletak di posisi yang rentan terhadap bencana alam. Lokasinya berada di bawah jalan, dekat dengan jurang dan saluran air sungai. Meskipun agak jauh dari rumah warga lain, namun posisinya yang paling rendah membuatnya menjadi yang pertama terdampak longsor.
“Rumahnya di bawah, di pinggir jalan, jurang ke bawahnya, ada saluran air sungai. Ada rumah warga lain, cuma itu yang pertama masuk kampung,” ungkap Jajang Juhara menjelaskan posisi rumah korban. Kejadian ini menyoroti pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap potensi bencana alam, terutama di daerah rawan longsor.
Pemerintah Kecamatan Cisewu telah memberikan imbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat setempat juga tengah mempersiapkan proses pemakaman bagi keempat korban. Kejadian ini menjadi duka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat Desa Girimukti.
Bencana alam seperti tanah longsor seringkali terjadi di wilayah Indonesia, terutama saat musim hujan. Faktor-faktor seperti curah hujan tinggi, kondisi tanah yang labil, dan kurangnya penghijauan dapat meningkatkan risiko terjadinya longsor. Peristiwa ini sekali lagi mengingatkan pentingnya mitigasi bencana dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman alam.
Selain itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem peringatan dini bencana di daerah rawan longsor. Sistem peringatan dini yang efektif dapat membantu masyarakat untuk menyelamatkan diri sebelum bencana terjadi. Pemerintah daerah juga perlu memberikan bantuan dan dukungan kepada keluarga korban dan melakukan upaya untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.
Kejadian ini juga menjadi pengingat betapa pentingnya pembangunan infrastruktur yang memperhatikan aspek keamanan dan mitigasi bencana. Pembangunan rumah di daerah rawan longsor perlu mempertimbangkan faktor-faktor geografis dan kondisi lingkungan sekitar untuk meminimalisir risiko bencana.
Masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang mitigasi bencana. Hal ini meliputi pemahaman tentang tanda-tanda akan terjadinya longsor, langkah-langkah evakuasi yang tepat, dan cara-cara untuk mengurangi risiko bencana. Dengan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan, diharapkan dapat meminimalisir dampak buruk dari bencana alam.
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam. Belajar dari kejadian ini, kita perlu bersama-sama untuk mengurangi risiko bencana dan membangun masyarakat yang lebih tangguh terhadap bencana.
“Malam juga sampai jam 22.30 juga sudah dievakuasi, korban tiga dewasa, satu anak kecil,” kata Jajang Juhara menambahkan rincian jumlah korban.
Video terkait peristiwa ini juga telah beredar di media online. Video tersebut memperlihatkan kondisi rumah korban setelah diterjang longsor.