Di Indonesia, tren mengandalkan ijazah S1 untuk mendapatkan pekerjaan formal mulai memudar. Banyak lulusan sarjana kini bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) atau sopir karena kesulitan mencari pekerjaan sesuai bidang studi mereka.
Fenomena ini menunjukkan ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja (supply) dan kebutuhan pasar kerja (demand). Jumlah lulusan perguruan tinggi jauh melebihi jumlah lowongan yang tersedia.
Ijazah S1: Hanya Alat Penyaring Kandidat?
Ketua Ikatan SDM Profesional Indonesia (ISPI), Ivan Taufiza, menjelaskan bahwa ijazah S1 kini lebih berfungsi sebagai alat penyaring administrasi. Perusahaan menggunakannya untuk menyeleksi pelamar dari jumlah kandidat yang sangat banyak.
Permasalahan utamanya bukan pada nilai jual ijazah, melainkan ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ijazah menjadi salah satu kriteria, tetapi bukan penentu utama kesuksesan dalam mencari pekerjaan.
Keahlian Tertentu Lebih Diutamakan
Ivan menekankan pentingnya memiliki “ijazah” lain berupa sertifikasi keahlian. Sertifikasi menunjukkan kompetensi teknis kandidat di bidang tertentu, yang lebih dihargai perusahaan saat ini.
Meskipun ijazah akademis tetap penting, kandidat perlu memiliki nilai tambah. Sertifikasi keahlian teknis, seperti di bidang robotik atau coding, sangat diminati dan meningkatkan daya saing.
Perusahaan multinasional, khususnya, seringkali memprioritaskan keahlian daripada gelar akademis. Mereka lebih fokus pada kemampuan kandidat untuk mengerjakan tugas tertentu, tanpa terpaku pada jenis ijazah yang dimiliki.
Contoh Sertifikasi yang Dibutuhkan
Banyak perusahaan, termasuk multinasional, lebih mengutamakan kemampuan dan keahlian yang dibuktikan melalui sertifikasi.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan teknis dan praktis jauh lebih diutamakan dibandingkan hanya memiliki ijazah.
Pentingnya Lembaga Pelatihan dan Sertifikasi
Pengamat Ketenagakerjaan UGM, Tadjudin Noor Effendi, sepakat bahwa ijazah saja tidak cukup. Sertifikasi keahlian sangat diperlukan untuk menunjukkan kompetensi yang dimiliki.
Sertifikasi bukan sekadar sertifikat, melainkan bukti nyata kemampuan. Ini membantu pencari kerja memasuki bidang-bidang yang dibutuhkan perusahaan.
Sertifikasi di bidang IT, khususnya di sektor keuangan, telekomunikasi, dan industri, sangat dibutuhkan karena pesatnya perkembangan teknologi.
Sayangnya, pengembangan lembaga pelatihan dan sertifikasi di Indonesia masih kurang optimal. Padahal, lembaga ini sangat penting untuk membantu pencari kerja meningkatkan daya saing mereka.
Tantangan utama adalah keterbatasan dana untuk menyediakan peralatan dan pelatihan yang memadai untuk menghasilkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan pasar.
Oleh karena itu, pengembangan lembaga pelatihan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan industri menjadi kunci untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan antara pencari kerja dan lowongan pekerjaan di Indonesia. Hanya dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan keahlian, lulusan perguruan tinggi dapat bersaing secara efektif di pasar kerja.