Penelitian terbaru dari Stanford University mengungkap dampak serius emisi pembangkit listrik tenaga batu bara terhadap hasil pertanian di India. Ancaman ini, yang seringkali terabaikan, berpotensi membahayakan ketahanan pangan negara dengan populasi terbesar kedua di dunia tersebut. Hasil panen utama seperti beras dan gandum terancam mengalami penurunan hingga 10 persen atau lebih setiap tahunnya. Ini merupakan ancaman nyata bagi 1,4 miliar penduduk India, terutama mengingat negara ini juga merupakan rumah bagi seperempat populasi dunia yang mengalami kekurangan gizi.
Dampak Emisi Batu Bara terhadap Hasil Panen di India
Studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 3 Februari 2025, memperlihatkan hubungan erat antara emisi pembangkit listrik tenaga batu bara dan produktivitas pertanian di sekitar 144 pembangkit listrik di India. Para peneliti dari Stanford Doerr School of Sustainability menganalisis data arah angin, intensitas pembangkitan listrik, dan konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) – polutan utama dari pembakaran batu bara.
Penelitian ini menunjukkan bahwa emisi tersebut mempengaruhi kualitas udara di lahan pertanian hingga radius 100 kilometer dari pembangkit. Nitrogen dioksida yang dihasilkan dari pembakaran batu bara menurunkan kualitas udara dan berdampak negatif terhadap pertumbuhan tanaman pangan utama.
Ancaman terhadap Ketahanan Pangan Nasional
Beras dan gandum merupakan komoditas pangan utama di India. Penurunan hasil panen hingga 10% atau lebih berarti kerugian ekonomi yang sangat signifikan. Jika emisi dari pembangkit batu bara berhasil dieliminasi selama musim tanam utama, India berpotensi meningkatkan hasil panen beras senilai 420 juta dolar AS dan gandum sekitar 400 juta dolar AS per tahun.
Dampaknya meluas melampaui kerugian ekonomi. Di beberapa wilayah seperti Chhattisgarh, emisi pembangkit batu bara berkontribusi hingga 19 persen terhadap polusi NO2 di udara. Di Uttar Pradesh, kontribusinya lebih rendah, sekitar 3-5 persen, karena adanya sumber polusi lainnya. Namun, di 58 dari 144 pembangkit yang diteliti, kerugian hasil panen padi per unit listrik bahkan lebih besar daripada dampak kematian akibat polusi udara. Hal yang sama juga terjadi pada gandum di 35 pembangkit.
Solusi dan Langkah ke Depan
Temuan ini menyoroti urgensi transisi energi di India dan negara-negara lain yang masih bergantung pada batu bara. Dekarbonisasi sektor energi bukan hanya penting untuk kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk ketahanan pangan nasional. Pengurangan emisi dari pembangkit batu bara akan memberikan manfaat ganda: meningkatkan kualitas udara dan meningkatkan hasil pertanian.
David Lobell, profesor Stanford dan salah satu penulis utama studi ini, menekankan pentingnya kualitas udara bagi hasil panen. Kirat Singh, peneliti utama, menambahkan bahwa kebijakan yang fokus pada pengurangan emisi akan memberikan manfaat besar bagi kesehatan dan ketahanan pangan. Pemerintah India, dan negara-negara lain dengan tantangan serupa, perlu mempertimbangkan temuan ini dalam perencanaan kebijakan energi masa depan. Investasi dalam energi terbarukan dan strategi mitigasi polusi udara menjadi semakin krusial.
Penurunan hasil panen akibat polusi udara dari pembangkit listrik tenaga batu bara merupakan ancaman serius bagi ketahanan pangan India. Studi ini memberikan bukti kuat tentang perlunya transisi energi yang cepat dan berkelanjutan, bukan hanya untuk melindungi kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk menjamin ketahanan pangan bagi generasi mendatang. Perubahan kebijakan yang tepat dan komprehensif akan menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi tantangan ini.