Novel Baswedan, nama yang tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini dikenal karena keberanian dan ketegasannya dalam mengungkap kasus-kasus korupsi besar. Perjalanan kariernya, yang diwarnai berbagai tantangan dan kontroversi, menjadi sorotan publik.
Lahir di Semarang pada 22 Juni 1977, Novel Baswedan merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1998. Setelah berkarir di Polri, ia bergabung dengan KPK dan menjadi salah satu penyidik andalan.
Karier Novel Baswedan di KPK dan Kepolisian
Selama bertugas di KPK, Novel Baswedan terlibat dalam sejumlah kasus korupsi besar yang menarik perhatian publik. Keberanian dan integritasnya dalam mengungkap kasus-kasus tersebut membuatnya mendapatkan pujian sekaligus ancaman.
Setelah bertahun-tahun mengabdi di KPK, Novel Baswedan diberhentikan dengan hormat pada 30 September. Namun, pada 9 Desember 2021, ia kembali dilantik sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Polri.
Saat ini, ia mengemban tugas strategis dalam Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Optimalisasi Penerimaan Negara, berfokus pada peningkatan pendapatan negara dari sektor non-pajak.
Serangan Air Keras dan Kontroversinya
Puncak kontroversi dalam karier Novel Baswedan terjadi pada 11 April 2017. Ia menjadi korban penyiraman air keras oleh orang tak dikenal. Kejadian ini diduga terkait dengan kasus-kasus korupsi yang sedang ditanganinya.
Serangan tersebut mengakibatkan kerusakan parah pada kedua matanya. Novel Baswedan harus menjalani perawatan intensif di Singapura untuk memulihkan penglihatannya.
Kasus ini menjadi sorotan internasional dan menimbulkan berbagai reaksi. Meskipun pelakunya akhirnya ditangkap dan diadili, proses pengungkapan kasus yang dinilai lambat memicu kontroversi dan kritik terhadap penegakan hukum di Indonesia.
Banyak yang menilai penanganan kasus ini kurang transparan dan lamban, memunculkan pertanyaan tentang perlindungan terhadap penyidik yang berani melawan korupsi.
Peran Novel Baswedan di Satgassus Penerimaan Negara
Sebagai Wakil Kepala Satgassus Optimalisasi Penerimaan Negara, Novel Baswedan bekerja di bawah pimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Satgassus ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor non-pajak. Fokus utamanya adalah sektor-sektor dengan potensi besar, seperti perikanan dan sumber daya alam.
Satgassus telah melakukan berbagai kunjungan lapangan ke berbagai daerah di Indonesia. Salah satu contohnya adalah kunjungan ke sejumlah pelabuhan di Jawa Timur dan Bali untuk memetakan potensi peningkatan penerimaan negara di sektor perikanan.
Pengalaman dan ketegasan Novel Baswedan dalam mengungkap kasus korupsi diharapkan dapat menjadi modal berharga dalam tugas barunya ini. Kehadirannya diharapkan memberikan kontribusi signifikan dalam upaya meningkatkan penerimaan negara.
Kontribusi Novel Baswedan dalam Satgassus ini memberikan harapan baru, menunjukkan bahwa integritas dan pengalamannya dapat diaplikasikan di berbagai sektor untuk kepentingan negara. Perjuangannya melawan korupsi terus berlanjut, kini dengan fokus pada peningkatan penerimaan negara.
Kisah hidup dan karier Novel Baswedan menjadi pelajaran berharga tentang keberanian, kegigihan, dan tantangan dalam melawan korupsi. Kontribusinya terhadap penegakan hukum dan upaya peningkatan penerimaan negara akan terus diingat sebagai bagian dari sejarah Indonesia.