Bank Indonesia (BI) melaporkan kabar positif terkait aliran modal asing sepanjang pekan keempat Juni 2025. Aliran modal masuk tercatat sangat signifikan, memberikan sentimen positif bagi perekonomian Indonesia. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap kinerja ekonomi domestik.
Laporan BI memberikan gambaran rinci mengenai pergerakan modal asing di berbagai instrumen investasi, serta perkembangan makro ekonomi lainnya. Analisis menyeluruh diperlukan untuk memahami dampaknya terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
Aliran Modal Asing Positif di Pekan Keempat Juni 2025
Data transaksi periode 23-25 Juni 2025 menunjukkan pembelian neto modal asing sebesar Rp2,83 triliun. Investasi di Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menjadi pendorong utama.
Namun, terdapat penjualan neto di pasar saham senilai Rp2,14 triliun. Hal ini menunjukkan adanya dinamika investasi yang perlu dipantau secara berkelanjutan.
BI menyatakan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas eksternal ekonomi. Strategi bauran kebijakan dioptimalkan untuk mendukung ketahanan ekonomi.
Gambaran Kinerja Investasi Asing Sepanjang Tahun 2025
Secara kumulatif hingga 25 Juni 2025, investor asing mencatatkan penjualan neto di pasar saham (Rp52,05 triliun) dan SRBI (Rp35,87 triliun). Namun, pembelian neto di pasar SBN mencapai Rp40,80 triliun.
Perbedaan kinerja investasi di berbagai instrumen menunjukkan strategi investasi yang beragam dari investor asing. Faktor-faktor makro ekonomi dan geopolitik ikut memengaruhi keputusan investasi.
Indikator Makro Ekonomi Lainnya Menunjukkan Tren Positif
Premi risiko investasi Indonesia (CDS 5 tahun) turun dari 81,06 bps menjadi 78,05 bps. Penurunan ini mengindikasikan meningkatnya kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.
Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS, dibuka pada level Rp16.270 per dolar AS pada 26 Juni 2025. Hal ini menandakan stabilitas nilai tukar Rupiah.
Indeks dolar AS (DXY) melemah ke 97,68. Pelemahan DXY mengindikasikan penurunan kekuatan dolar AS terhadap mata uang utama lainnya.
Imbal hasil (yield) SBN 10 tahun turun menjadi 6,63 persen, dan yield US Treasury Note 10 tahun juga melemah ke 4,291 persen. Penurunan yield mencerminkan penurunan suku bunga.
Pertumbuhan likuiditas perekonomian (M2) pada Mei 2025 melambat menjadi 4,9% (yoy), dibandingkan 5,2% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perkembangan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi.
Pertumbuhan penyaluran kredit pada Mei 2025 sebesar 8,1% (yoy), sementara tagihan bersih kepada pemerintah pusat mengalami kontraksi sebesar 25,7% (yoy). Aktiva luar negeri bersih tumbuh 3,9% (yoy).
Transaksi ekonomi dan keuangan digital pada Mei 2025 mencapai 3,93 miliar transaksi, tumbuh 27,88% (yoy). Pertumbuhan ini didukung oleh sistem pembayaran yang andal dan aman.
Secara keseluruhan, data yang dirilis BI menunjukkan tren positif dalam aliran modal asing dan indikator makro ekonomi lainnya. Namun, pemantauan berkelanjutan tetap penting untuk mengantisipasi potensi risiko dan menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Koordinasi yang erat antara BI dan pemerintah menjadi kunci dalam menghadapi tantangan dan memaksimalkan peluang pertumbuhan ekonomi.