Serangan Israel terhadap Iran pada Jumat (13/6/2025) memicu gejolak di pasar global. Investor bergegas mencari aset aman (“safe haven”), mendorong penguatan dolar AS yang sehari sebelumnya berada di level terendah dalam tiga tahun. Kenaikan ini mencerminkan ketidakpastian yang meningkat di tengah eskalasi konflik di Timur Tengah.
Penguatan dolar AS ini bukan hanya reaksi terhadap serangan, tetapi juga merupakan faktor kompleks yang melibatkan spekulasi pasar dan kebijakan moneter.
Dollar AS Menguat: Safe Haven di Tengah Konflik
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama lainnya, naik 0,3 persen pada Jumat, mencapai sekitar 98,19. Ini terjadi setelah sebelumnya mencapai titik terendah sejak akhir Maret 2022.
Kenaikan ini sejalan dengan penguatan dolar terhadap franc Swiss dan yen Jepang, dua mata uang yang juga dianggap sebagai aset aman. Investor cenderung mencari aset aman saat ketidakpastian meningkat, guna melindungi portofolio mereka dari gejolak pasar.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan serangan tersebut sebagai operasi militer terarah terhadap program nuklir dan rudal balistik Iran. Ia menegaskan operasi akan berlanjut selama diperlukan untuk menghilangkan ancaman.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menegaskan bahwa AS tidak terlibat dalam serangan tersebut dan prioritas utamanya adalah melindungi pasukan Amerika di kawasan.
Iran membalas dengan meluncurkan rudal balistik ke arah Israel, sebuah tindakan yang dikonfirmasi oleh Teheran dan Pasukan Pertahanan Israel. Serangan balasan ini semakin meningkatkan ketegangan geopolitik.
Analisis Pasar: Lebih dari Sekadar Safe Haven
Tim strategi mata uang ING menilai serangan tersebut sebagai pemicu bagi dolar AS yang sebelumnya dianggap “oversold” dan “undervalued”. Namun, mereka mencatat bahwa rebound dolar seharusnya lebih besar mengingat dampak negatif terhadap pasar saham dan obligasi.
Korelasi tradisional antara USD dan pasar saham dan obligasi belakangan ini melemah. Penurunan 1,5 persen di indeks futures S&P 500 ikut membatasi penguatan dolar.
ING memprediksi kedalaman dan durasi konflik di Timur Tengah, serta dampaknya terhadap harga minyak, akan menjadi fokus utama investor ke depannya. Potensi konflik berkepanjangan diperkirakan dapat mengurangi tekanan terhadap dolar AS.
Sebelum serangan, dolar AS mengalami penurunan yang signifikan, diperburuk oleh ketidakpastian kebijakan dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.
Dampak pada Pasar Minyak, Emas, dan Saham
Serangan Israel terhadap Iran juga berdampak signifikan terhadap harga minyak dan emas. Emas, sebagai aset safe haven klasik, mencapai level tertinggi dalam hampir dua bulan setelah berita serangan, meskipun kemudian mengalami koreksi.
Harga emas spot naik 1,4 persen menjadi 3.431,09 dolar AS, sementara kontrak emas berjangka untuk pengiriman Agustus naik 1,5 persen menjadi 3.452,70 dolar AS.
Para analis Deutsche Bank mencatat serangan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik regional. Hal ini memicu aksi jual besar-besaran di berbagai kelas aset.
Pasar minyak mengalami reaksi paling dramatis. Kontrak futures minyak mentah sempat melonjak hingga 13 persen, sebelum terkoreksi. Minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 7,2 persen menjadi 72,96 dolar AS per barel, sementara minyak Brent naik sekitar 7 persen menjadi 74,21 dolar AS per barel.
Saham-saham di Eropa dan AS juga diperdagangkan melemah. Harga obligasi pemerintah AS awalnya naik, tetapi kemudian yield obligasi tenor 30 tahun, 10 tahun, dan 2 tahun mengalami kenaikan.
Secara keseluruhan, serangan Israel terhadap Iran menciptakan ketidakpastian geopolitik yang signifikan, mempengaruhi berbagai pasar keuangan global. Perkembangan selanjutnya dari konflik ini akan terus menjadi faktor penentu pergerakan pasar ke depannya.
Meskipun dolar AS menguat sebagai aset safe haven, analisis menunjukkan bahwa faktor lain seperti spekulasi pasar dan ekspektasi kebijakan moneter juga ikut berperan. Ke depan, perhatian akan tertuju pada durasi konflik dan dampaknya pada harga minyak, yang akan menentukan arah pergerakan pasar.