Direktur Utama Badan Pengelola Investasi Danantara (Indonesia Investment Authority/INA), Rosan P. Roeslani, baru-baru ini membantah kabar kerugian yang dialami PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Bantahan tersebut disampaikan langsung oleh Rosan saat berdialog dengan mahasiswa Universitas Paramadina, Jakarta, Jumat (13 Juni 2025).
Pernyataan Rosan ini muncul sebagai tanggapan atas pemberitaan media yang menyebutkan PLN mengalami kerugian meskipun masyarakat secara rutin membayar tagihan listrik. Ia menegaskan bahwa PLN tetap memberikan kontribusi dividen, menunjukkan perusahaan tersebut tidak merugi.
Bantahan Bos INA Terkait Kerugian PLN
Dalam sesi tanya jawab, seorang mahasiswa mempertanyakan pemberitaan yang menyebut PLN merugi meskipun seluruh masyarakat Indonesia membayar tagihan listrik. Ia ingin mengetahui alasan di balik kerugian tersebut.
Rosan menjelaskan bahwa meskipun ada anggapan kerugian, PLN tetap berkontribusi melalui dividen. Dengan demikian, pernyataan PLN merugi perlu diluruskan.
Ia mengakui bahwa PLN memiliki tantangan dalam membangun infrastruktur listrik di daerah terpencil. Hal ini memerlukan subsidi silang untuk menjangkau wilayah-wilayah yang sulit diakses, seperti di Papua dan pegunungan.
Peran PLN Sebagai Agen Pembangunan
Rosan menekankan bahwa PLN bukan sekadar perusahaan yang mengejar keuntungan semata. Perusahaan pelat merah ini juga berperan penting sebagai agen pembangunan.
Sebagai agen pembangunan, PLN menjalankan fungsi sosial dengan membangun infrastruktur listrik di seluruh Indonesia, termasuk daerah terpencil yang membutuhkan akses listrik.
Oleh karena itu, penilaian kinerja PLN tidak dapat hanya berfokus pada profitabilitas. Perlu dilihat pula kontribusinya dalam pembangunan nasional.
Prospek PLN di Era Energi Terbarukan
Meskipun menghadapi tantangan, Rosan optimistis PLN dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas di masa mendatang. Hal ini didorong oleh fokus pada energi terbarukan (EBT).
PLN merencanakan agar 76 persen pembangkit listriknya menggunakan EBT pada tahun 2034. Meskipun investasi awal mungkin lebih tinggi, investasi ini akan memberikan dampak positif jangka panjang.
Komitmen Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, bahkan dengan ambisi untuk mewujudkannya pada tahun 2050, menuntut percepatan transisi energi. PLN memiliki peran penting dalam mencapai target tersebut.
Sebelumnya, PLN memang sempat menyampaikan potensi penurunan pendapatan hingga Rp 10 triliun akibat kebijakan diskon tarif listrik 50 persen pada Januari-Februari 2025. Kebijakan ini merupakan bagian dari stimulus ekonomi untuk mengurangi dampak kenaikan PPN 12 persen.
Direktur Keuangan PLN, Sinthya Roesly, menjelaskan bahwa penurunan pendapatan mencapai Rp 5 triliun per bulan selama program diskon berlangsung. PLN telah berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk mengantisipasi dampak penurunan pendapatan tersebut.
Diskon tarif listrik 50 persen diberikan kepada 81,4 juta pelanggan rumah tangga dengan daya 450-2.200 VA, atau sekitar 97 persen dari total pelanggan PLN.
Kesimpulannya, pernyataan mengenai kerugian PLN perlu dilihat secara komprehensif. Peran PLN sebagai agen pembangunan dan komitmen terhadap transisi energi perlu dipertimbangkan. Meskipun terdapat tantangan, prospek PLN di masa depan tetap menjanjikan dengan fokus pada efisiensi dan pemanfaatan EBT.