Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka kembali menjadi sorotan. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini mengungkapkan kekhawatirannya mengenai kinerja bandara yang dinilai belum optimal. Proyek ambisius ini, yang pembangunannya menelan biaya hingga Rp 2,6 triliun, sejatinya diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian Jawa Barat. Namun, realitanya masih jauh dari harapan.
Pembangunan BIJB Kertajati yang dimulai pada 2015 dan rampung pada 2017, menggunakan dana APBN melalui Kementerian Perhubungan. Pemprov Jabar juga turut berkontribusi dalam pembebasan lahan. Setelah resmi beroperasi pada Mei 2018, pengelolaan bandara kini berada di bawah tanggung jawab PT BIJB, sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jawa Barat.
Bandara Kertajati: “Peuteuy Selong” atau Harapan Baru?
Dedi Mulyadi, dalam sebuah kesempatan, menyatakan keprihatinannya atas kondisi BIJB Kertajati yang dianggapnya belum berkembang maksimal. Ia menggunakan istilah Sunda, “peuteuy selong,” untuk menggambarkan bandara yang besar namun sepi. Ungkapan ini menggambarkan kondisi bandara yang dinilai kurang optimal karena minimnya aktivitas penerbangan.
Kondisi ini, menurut Gubernur, membuat Pemprov Jabar menanggung beban operasional yang cukup besar, yaitu sekitar Rp 60 miliar per tahun. Ketidakseimbangan antara investasi besar dengan hasil yang minim menjadi tantangan serius yang harus segera diatasi.
Upaya Pemerintah Pusat untuk Mengoptimalkan Kertajati
Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menyatakan komitmennya untuk mengoptimalkan Bandara Kertajati. Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mempercayai potensi besar yang dimiliki bandara tersebut. Kemenhub pun telah merumuskan empat strategi utama untuk mengembangkan kawasan Bandara Kertajati.
Strategi tersebut meliputi optimalisasi lahan seluas 1.800 hektar dengan integrasi berbagai fasilitas strategis, pengembangan area komersial seluas 21,9 hektar, pengembangan pusat logistik e-commerce seluas 68,4 hektar, serta pembangunan Kertajati Aircraft Maintenance Center (KAMC) di atas lahan seluas 84,2 hektar. Semua upaya ini diarahkan untuk meningkatkan aktivitas penerbangan dan perekonomian di sekitar bandara.
Langkah Strategis untuk Meningkatkan Pergerakan Penumpang dan Penerbangan
Selain pengembangan infrastruktur, peningkatan jumlah penumpang dan penerbangan juga menjadi fokus utama. Beberapa langkah strategis telah direncanakan, antara lain rebranding bandara melalui promosi dan penawaran paket wisata, memaksimalkan potensi sebagai bandara pemberangkatan umrah dan haji, dan pemberian insentif kepada maskapai penerbangan yang membuka rute baru.
Kemenhub juga akan aktif mengundang maskapai penerbangan untuk membuka rute dan melayani penerbangan reguler dari dan menuju Bandara Kertajati. Upaya ini diharapkan mampu menarik minat lebih banyak penumpang dan meningkatkan frekuensi penerbangan, sehingga BIJB Kertajati dapat beroperasi secara efisien dan memberikan keuntungan bagi daerah.
BIJB Kertajati menyimpan potensi besar sebagai pusat konektivitas dan perekonomian Jawa Barat. Namun, tantangan yang dihadapi memerlukan kolaborasi dan langkah-langkah strategis yang terukur dari berbagai pihak. Suksesnya BIJB Kertajati tidak hanya bergantung pada infrastruktur megah, tetapi juga pada efektivitas pengelolaan dan strategi pemasaran yang tepat sasaran. Semoga dengan strategi yang telah dirancang, Bandara Kertajati dapat lepas dari predikat “peuteuy selong” dan menjadi bandara yang ramai dan bermanfaat bagi masyarakat.