Harga ayam hidup di Indonesia mengalami penurunan signifikan beberapa waktu terakhir, membuat para peternak merugi. Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, mengungkapkan sejumlah strategi untuk mengatasi permasalahan ini dan menstabilkan harga.
Langkah-langkah yang diambil meliputi peningkatan distribusi ayam dari sentra produksi ke daerah yang membutuhkan, serta upaya ekspor produk unggas ke pasar internasional. Kerja sama antar kementerian juga menjadi kunci dalam mengatasi masalah ini secara holistik.
Strategi Distribusi Ayam di Dalam Negeri
Indonesia menghadapi surplus produksi ayam dan telur. Untuk mengatasi anjloknya harga di tingkat peternak, Wamentan Sudaryono menekankan pentingnya distribusi yang efektif.
Sebagian besar sentra produksi ayam berada di Pulau Jawa. Oleh karena itu, perlu peningkatan distribusi ke daerah-daerah lain di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Koordinasi dengan Kementerian Perdagangan menjadi fokus utama dalam upaya pendistribusian ini. Tujuannya agar hasil produksi dapat sampai ke daerah-daerah yang kekurangan pasokan.
Upaya Ekspor Produk Unggas ke Pasar Internasional
Wamentan Sudaryono aktif melakukan negosiasi dengan beberapa negara untuk membuka peluang ekspor produk unggas Indonesia. Argentina dan China menjadi dua negara yang telah dijajaki kerja samanya.
Indonesia menawarkan produk unggas seperti telur, ayam, dan ceker ayam sebagai bagian dari perjanjian perdagangan timbal balik. Sebagai contoh, Indonesia bersedia mengimpor daging dari Argentina, dengan syarat Argentina juga mengimpor produk unggas dari Indonesia.
Negara-negara lain juga menjadi target ekspor. Hal ini didorong oleh surplus produksi unggas dalam negeri. Diversifikasi produk olahan unggas juga menjadi bagian penting dari strategi ini.
Kerja Sama Antar Kementerian untuk Solusi Holistik
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa dibutuhkan kerja sama antar kementerian untuk mengatasi masalah harga ayam. Kementerian Pertanian (Kementan) fokus pada produksi, sementara Kementerian Perdagangan menangani distribusi dan pemasaran.
Meskipun pembagian tugas jelas, kedua kementerian bekerja sama untuk menemukan solusi komprehensif. Tidak ada pihak yang lepas tangan dari permasalahan ini.
Kementan mengakui peran penting Kementerian Perdagangan dalam distribusi. Kerja sama ini menjadi penting agar upaya stabilisasi harga ayam dapat berjalan efektif.
Penyesuaian Harga Pokok Produksi (HPP) Ayam Hidup
Sebelumnya, Kementan telah melakukan pertemuan dengan pengusaha ayam broiler untuk membahas anjloknya harga ayam hingga Rp 14.500 per kg. Hasilnya, disepakati harga pembelian ayam hidup di tingkat peternak dinaikkan.
Harga pokok produksi (HPP) ayam hidup sebelumnya adalah Rp 17.500 per kg. Setelah negosiasi, harga tersebut dinaikkan menjadi Rp 18.000 per kg per 19 Juni 2024 untuk semua ukuran.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Agung Suganda, memastikan pengawasan terhadap harga ayam hidup di tingkat peternak. Hal ini untuk memastikan kesepakatan harga tersebut terlaksana dengan baik.
Dengan berbagai strategi yang telah dan akan diterapkan, diharapkan masalah anjloknya harga ayam di Indonesia dapat segera teratasi. Kombinasi dari peningkatan distribusi, ekspor, dan kerja sama antar kementerian menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung peternak dan menstabilkan pasar ayam dalam negeri. Keberhasilan strategi ini akan bergantung pada pelaksanaan yang efektif dan koordinasi yang baik di antara seluruh pihak terkait.