Harga minyak dunia mengalami kenaikan yang lebih signifikan dari perkiraan, didorong oleh penurunan stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS). Reuters melaporkan hal ini sebagai indikator peningkatan permintaan minyak global.
Minyak mentah Brent tercatat naik 12 sen (0,2 persen) menjadi US$66,8 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) meningkat 20 sen (0,3 persen) mencapai US$65,12 per barel.
Kenaikan harga sempat mencapai 1 persen pada Kamis (26/6), membalikkan tren penurunan harga pada minggu sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya optimisme di pasar energi.
Menurut Yuki Takashima, ekonom Nomura Securities, penurunan persediaan minyak AS berdasarkan data mingguan menunjukkan permintaan yang kuat. Namun, ia juga mencatat adanya kekhawatiran investor terkait status gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Takashima menambahkan, perhatian pasar kini beralih ke tingkat produksi minyak OPEC+. Ia memperkirakan harga minyak WTI akan berada di kisaran US$60-US$65, seperti sebelum terjadinya konflik.
Laporan Lembaga Informasi Energi (EIA) menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar 5,8 juta barel pada 20 Juni. Angka ini jauh lebih besar daripada perkiraan para ahli yang hanya memprediksi penurunan sekitar 796 ribu barel.
Lebih mengejutkan lagi, stok bensin juga turun drastis hingga 2,1 juta barel, sementara perkiraan hanya sekitar 381 ribu barel. EIA menjelaskan penurunan stok minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) AS disebabkan oleh peningkatan aktivitas kilang dan permintaan yang tinggi.
Situasi geopolitik turut mempengaruhi harga minyak. Igor Sechin, bos perusahaan minyak terbesar Rusia Rosneft, menyatakan OPEC+ berpotensi mempercepat peningkatan produksi minyak lebih cepat dari target awal. Pernyataan ini berpotensi mengurangi kekhawatiran akan kekurangan pasokan.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump memuji berakhirnya perang Iran-Israel yang cepat. Ia juga menyatakan bahwa AS belum mengendurkan tekanan terhadap Iran, termasuk pembatasan penjualan minyak, namun memberi sinyal kemungkinan pelonggaran untuk mendorong pembangunan kembali Iran.
Secara keseluruhan, kenaikan harga minyak saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan permintaan, penurunan stok di AS, dan spekulasi pasar terkait geopolitik. Meskipun ada potensi peningkatan produksi dari OPEC+, ketidakpastian geopolitik tetap menjadi faktor yang memengaruhi volatilitas harga minyak.
Perlu dicatat bahwa faktor-faktor ekonomi makro global, seperti pertumbuhan ekonomi dunia dan kebijakan moneter bank sentral, juga dapat mempengaruhi harga minyak secara signifikan. Analisis yang lebih komprehensif perlu mempertimbangkan seluruh faktor tersebut untuk memahami dinamika harga minyak secara lengkap.
Perkembangan terbaru di pasar energi dan geopolitik akan terus mempengaruhi pergerakan harga minyak di masa depan. Penting untuk terus memantau situasi ini untuk membuat prediksi yang lebih akurat.
(dhf/sfr)