Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diperkirakan akan cenderung melemah dalam beberapa hari ke depan. Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terutama optimisme pasar terhadap hasil pembicaraan perdagangan antara China dan AS. Meskipun pembukaan perdagangan Rabu pagi menunjukkan penguatan tipis, analis memprediksikan pergerakan rupiah akan terbatas dan cenderung bergerak ke arah pelemahan.
Pertemuan Ekonomi China-AS: Harapan dan Dampaknya terhadap Rupiah
Pertemuan antara Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent menjadi sorotan utama. Pertemuan ini merupakan bagian dari mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan China-AS yang baru diluncurkan. Kedua negara dilaporkan telah melakukan perbincangan yang konstruktif.
Para pelaku bisnis menyambut baik pertemuan tersebut dengan harapan tercapainya kesepakatan yang saling menguntungkan. Pertemuan ini diharapkan dapat memperkuat kepercayaan dan mendorong hubungan ekonomi serta perdagangan yang stabil dan sehat antara kedua negara.
Perwakilan Perdagangan Internasional China, Li Chenggang, menyebut pembicaraan berlangsung profesional, rasional, mendalam, dan jujur. Kedua belah pihak disebut telah menyetujui kerangka kerja untuk menerapkan konsensus yang telah dicapai sebelumnya antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Antisipasi Inflasi AS dan Penguatan Dolar
Selain faktor pembicaraan perdagangan, antisipasi terhadap data inflasi AS juga mempengaruhi pergerakan rupiah. Inflasi AS diperkirakan akan naik 0,2 persen secara year on year (yoy) di bulan Mei, dari 2,3 persen menjadi 2,5 persen.
Kenaikan inflasi ini berpotensi mendorong penguatan dolar AS. Hal ini karena inflasi yang lebih tinggi dapat memicu The Federal Reserve (bank sentral AS) untuk menaikkan suku bunga.
Kenaikan suku bunga biasanya akan menarik lebih banyak investasi ke AS, sehingga meningkatkan permintaan dolar di pasar internasional. Kondisi ini secara tidak langsung akan menekan nilai tukar mata uang negara lain, termasuk rupiah.
Analisis dan Prediksi Nilai Tukar Rupiah
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah terbatas terhadap dolar AS. Ia menilai hal ini terjadi di tengah antisipasi investor akan hasil positif dari pembicaraan tarif antara China dan AS.
Berdasarkan berbagai faktor tersebut, Lukman memprediksikan kisaran nilai tukar rupiah akan berada di antara Rp16.200 hingga Rp16.300 per dolar AS. Meskipun pada pembukaan perdagangan Rabu pagi rupiah menguat 3 poin (0,02 persen) menjadi Rp16.272 per dolar AS, potensi pelemahan tetap ada.
Perlu diingat bahwa prediksi nilai tukar mata uang bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung berbagai faktor internal dan eksternal. Kondisi geopolitik, perkembangan ekonomi domestik, dan sentimen pasar juga turut berperan penting dalam menentukan pergerakan rupiah.
Meskipun adanya optimisme dari hasil pembicaraan perdagangan China-AS, potensi kenaikan inflasi di AS tetap menjadi ancaman bagi penguatan rupiah. Oleh karena itu, perlu kewaspadaan dan pemantauan terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik untuk memahami dinamika pergerakan nilai tukar rupiah ke depan. Pemerintah juga perlu terus menjaga stabilitas ekonomi domestik untuk mengurangi dampak negatif fluktuasi nilai tukar terhadap perekonomian nasional.