Transformasi desa di Indonesia tengah menghadapi tantangan kompleks. Sinergi antar sektor menjadi kunci untuk mengatasi hal ini. Sebuah program kolaboratif berskala besar baru saja diluncurkan di Banten, menandai upaya inovatif dalam pemberdayaan desa.
Inisiatif ini melibatkan berbagai pihak, dari pemerintah pusat dan daerah hingga perguruan tinggi dan sektor swasta. Komitmen bersama ini diharapkan mampu mendorong kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Pemberdayaan Desa di Banten
Kejaksaan Tinggi Banten memimpin kolaborasi besar ini, bermitra dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi ternama seperti Telkom University, serta perusahaan-perusahaan besar seperti PT Pupuk Indonesia dan PT Paskomnas Indonesia.
Program ini resmi diluncurkan di Desa Sarakan, Kabupaten Tangerang, ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman. Kehadiran tokoh penting seperti Jaksa Agung Muda Intelijen, Menteri Desa, Gubernur Banten, dan para Bupati dari empat kabupaten di Banten semakin mengukuhkan komitmen besar ini.
Program ini merupakan bagian dari inisiatif nasional Jaksa Garda Desa dan Jaksa Mandiri Pangan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan tata kelola Dana Desa, transparansi, dan pemberdayaan petani melalui teknologi.
Memperkuat Tata Kelola Dana Desa dan Penguatan BUMDes
Jaksa Agung Muda Intelijen, Prof. Dr. Reda Manthovani, menekankan pentingnya memastikan setiap rupiah Dana Desa memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Petani, sebagai tulang punggung desa, harus mendapatkan nilai tambah yang nyata.
Program ini fokus pada penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai motor penggerak ekonomi desa. BUMDes akan mendapatkan pelatihan manajerial dan transfer teknologi untuk mengelola lahan produktif secara profesional.
Sistem Real-Time Monitoring Village Management Funding atau Jaga Desa akan diaplikasikan untuk mengawasi penggunaan Dana Desa secara akuntabel dan transparan. Hal ini untuk memastikan penggunaan dana tepat sasaran dan mencegah potensi penyelewengan.
Pengembangan Sistem Pertanian Terintegrasi
Dengan dukungan dari Telkom University, PT Pupuk Indonesia, dan PT Paskomnas Indonesia, program ini akan mengintegrasikan sistem pengelolaan lahan, budidaya, hingga distribusi dan pemasaran hasil pertanian.
Integrasi sistem ini akan menciptakan rantai pasok pangan yang lebih efisien dan berkelanjutan, menguntungkan petani dan menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat.
Mewujudkan Desa Mandiri dan Swasembada Pangan
Provinsi Banten dipilih sebagai pilot project karena potensinya yang besar di sektor pertanian dan hortikultura. Keberadaan pasar induk dan konsumen dalam jumlah besar juga menjadi pertimbangan utama.
Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga membangun sistem yang menjamin keberlangsungan usaha desa. Petani diharapkan terbebas dari ketidakpastian harga dan pasar.
Keberhasilan program ini akan selaras dengan visi Presiden Prabowo untuk mencapai swasembada pangan, bahkan menjadi net exporter beras dan jagung dalam beberapa tahun ke depan.
Pernyataan Presiden Prabowo tersebut disampaikan dalam Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, Rusia, di tengah tantangan global berupa ketidakpastian rantai pasok dan ancaman krisis pangan dunia.
Kondisi ketahanan pangan Indonesia sendiri menunjukkan tren positif. Cadangan beras pemerintah mencapai lebih dari 1,8 juta ton pada Mei 2025, tercatat sebagai yang tertinggi sepanjang sejarah.
Program kolaboratif di Banten ini membuktikan bahwa pembangunan desa memerlukan kolaborasi yang solid. Kerja sama antara kejaksaan, pemerintah, perguruan tinggi, dan industri sangat krusial dalam mewujudkan desa mandiri, tangguh, dan sejahtera. Suksesnya program ini akan menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya membangun Indonesia dari desa.