Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, mengungkapkan keprihatinannya terhadap praktik distribusi ayam hidup yang dinilai terlalu panjang dan merugikan peternak. Ia menyoroti tingginya keuntungan yang dikantongi oleh tengkulak (perantara) di sepanjang rantai distribusi, sementara harga ayam di tingkat peternak tetap rendah. Wamentan bertekad untuk memangkas rantai distribusi ini agar harga ayam lebih adil bagi semua pihak.
Kondisi ini membuat harga ayam hidup di pasaran fluktuatif dan seringkali tidak sesuai dengan Harga Acuan Pembelian (HAP). Hal ini tentunya berdampak pada kesejahteraan peternak ayam. Oleh karena itu, upaya pembenahan distribusi ayam menjadi sangat penting.
Harga Ayam yang Fluktuatif
Beberapa waktu terakhir, harga ayam hidup di pasaran sempat anjlok hingga Rp 14.500 per kilogram (kg), jauh di bawah HAP yang ditetapkan sebesar Rp 25.000 per kg berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 6 Tahun 2024. Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Pertanian (Kementan) memfasilitasi kesepakatan harga pokok penjualan (HPP) ayam hidup sebesar Rp 18.000 per kg mulai 19 Juni 2025.
Meskipun harga di tingkat produsen dianggap tinggi oleh beberapa pihak, Wamentan menjelaskan bahwa hal tersebut justru berdampak pada harga yang lebih murah bagi konsumen jika dibandingkan dengan harga ayam di pasaran yang sudah membengkak akibat panjangnya rantai distribusi. Upaya untuk memangkas rantai distribusi ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga.
Kerjasama Antar Kementerian untuk Pemangkasan Distribusi
Kementan telah berkolaborasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Pangan, yang dipimpin oleh Zulkifli Hasan, serta Kementerian Perdagangan untuk mengatasi permasalahan rantai distribusi ayam hidup yang berbelit. Tidak hanya distribusi ayam, pemerintah juga menargetkan pemangkasan rantai distribusi pupuk subsidi untuk meningkatkan efisiensi dan keadilan.
Langkah-langkah untuk memangkas alur distribusi ini meliputi koordinasi antar kementerian dan penyederhanaan proses distribusi. Semua pihak terkait berkomitmen untuk menciptakan sistem distribusi yang lebih efisien dan transparan.
Pemanfaatan Teknologi untuk Efisiensi Distribusi
Wamentan Sudaryono optimistis bahwa perkembangan teknologi digital dapat mempermudah konektivitas antara peternak dan konsumen. Dengan adanya platform digital seperti WhatsApp, peternak dapat langsung terhubung dengan konsumen tanpa melalui banyak perantara.
Hal ini diharapkan dapat memangkas biaya distribusi dan meningkatkan efisiensi. Pemerintah mendorong peternak untuk memanfaatkan teknologi digital agar distribusi produk pertanian semakin mudah dan terjangkau.
Peran Koperasi dalam Memangkas Keuntungan Tengkulak
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, memperkirakan sekitar 67 persen margin keuntungan selama proses distribusi ayam masuk ke kantong tengkulak. Untuk mengatasi hal ini, Kementan mendorong para peternak untuk bergabung dengan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.
Dengan bergabung ke dalam koperasi, peternak dapat mengurangi ketergantungan pada tengkulak dan mengendalikan harga jual ayam secara langsung. Sistem distribusi yang lebih sederhana dan terintegrasi diharapankan dapat meningkatkan kesejahteraan peternak.
Pemangkasan rantai distribusi ayam ini merupakan langkah penting untuk menciptakan sistem yang lebih adil bagi peternak dan konsumen. Dengan kolaborasi antar kementerian dan pemanfaatan teknologi digital, diharapkan upaya ini dapat menciptakan pasar ayam yang lebih stabil dan berkelanjutan. Keterlibatan koperasi juga menjadi kunci keberhasilan untuk mengurangi dominasi tengkulak dan meningkatkan kesejahteraan para peternak.