Bank Tabungan Negara (BTN) terus bertransformasi menuju era digital. Langkah ini tidak hanya fokus pada penyediaan layanan perbankan modern, tetapi juga pada peningkatan keamanan siber yang menyeluruh dan berkelanjutan. BTN menyadari pentingnya membangun fondasi risiko digital yang kokoh, meliputi aspek teknologi, tata kelola, dan sumber daya manusia.
Seiring dengan pertumbuhan layanan digital BTN yang menawarkan pengalaman “beyond mortgage”, peningkatan manajemen risiko siber menjadi prioritas utama. Hal ini didorong oleh tren global yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam insiden keamanan siber yang melibatkan institusi keuangan.
Transformasi Digital BTN: Melampaui Layanan Perbankan Konvensional
Sejak tahun 2019, BTN telah melakukan transformasi digital yang signifikan. Hal ini telah mengubah perilaku nasabah dan menuntut peningkatan kemampuan bank dalam menghadapi risiko digital.
Direktur Risk Management BTN, Setiyo Wibowo, menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam manajemen risiko digital. Tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada aspek tata kelola dan sumber daya manusia.
Perubahan perilaku nasabah yang bergeser ke platform digital mendorong BTN untuk memperkuat pertahanan terhadap berbagai ancaman. Ancaman tersebut termasuk risiko siber, risiko dari pihak ketiga, dan potensi penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI).
Penguatan Manajemen Risiko Siber di Era Digital
Laporan dari Gartner dan Deloitte menunjukkan tingginya angka insiden siber di sektor perbankan global. Lebih dari 60% bank mengalami insiden siber dalam 12 bulan terakhir, dan 75% pelanggaran melibatkan pihak ketiga.
BTN merespon tantangan ini dengan mengembangkan kerangka kerja manajemen risiko digital yang komprehensif. Kerangka kerja ini mencakup empat pilar utama: kebijakan dan proses, data dan teknologi, organisasi dan tata kelola, serta peningkatan kapasitas SDM.
Pilar kebijakan dan proses meliputi penetapan standar keamanan siber yang ketat dan prosedur operasional yang terstandarisasi. Sementara pilar data dan teknologi difokuskan pada penggunaan teknologi mutakhir untuk melindungi data dan sistem bank.
Pilar organisasi dan tata kelola meliputi pembentukan tim dan struktur yang bertanggung jawab atas manajemen risiko siber. Sedangkan pilar peningkatan kapasitas SDM berfokus pada pelatihan dan pengembangan karyawan dalam hal keamanan siber.
Teknologi dan Inovasi untuk Mitigasi Risiko
BTN memanfaatkan berbagai teknologi canggih untuk mendeteksi dan mencegah ancaman siber. Sistem ini meliputi fraud detection system, digital verification, cyber threat intelligence, dan SIEM (Security Information and Event Management) untuk memantau trafik jaringan secara real-time.
Selain teknologi, BTN juga menekankan pentingnya literasi digital bagi karyawan dan nasabah. Program edukasi dilakukan melalui berbagai metode, termasuk pelatihan daring dan simulasi serangan phishing.
Penerapan AI juga turut membantu meningkatkan efisiensi operasional, khususnya di Loan Factory. Teknologi ini telah mengurangi hingga 80% kebutuhan tenaga kerja operasional tanpa mengurangi akurasi dan nilai tambah.
Meskipun memanfaatkan AI, BTN tetap menekankan peran manusia dalam pengambilan keputusan strategis. Hal ini untuk memastikan bahwa teknologi digunakan secara bertanggung jawab dan efektif.
BTN juga secara aktif beradaptasi dengan perkembangan regulasi, termasuk ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui POJK 29/2022 tentang keamanan siber dan POJK 11/2022 tentang penyelenggaraan teknologi informasi oleh bank umum.
Dengan pendekatan holistik yang menggabungkan teknologi, tata kelola, dan peningkatan kapasitas SDM, BTN berupaya membangun sistem perbankan digital yang aman dan terpercaya. Komitmen ini diharapkan dapat membangun kepercayaan nasabah dan publik terhadap layanan perbankan digital BTN di masa mendatang.