Sampdoria berhasil menghindari degradasi ke Serie C, sebuah pencapaian bersejarah bagi klub yang pernah menjuarai Liga Italia pada tahun 1991. Kemenangan dramatis ini diraih di tengah situasi pertandingan play-off degradasi melawan Salernitana yang diwarnai kerusuhan dan penghentian pertandingan. Drama ini bermula dari hasil imbang tanpa gol Sampdoria di akhir musim reguler Serie B, menempatkan mereka di zona degradasi. Namun, perubahan klasemen akibat pengurangan poin Brescia memberi Sampdoria peluang untuk lolos melalui play-off.
Perjalanan Sampdoria menuju keselamatan diwarnai berbagai tantangan. Mereka menghadapi Salernitana, tim yang secara peringkat lebih tinggi. Perjalanan menuju kemenangan pun tidak mudah.
Drama Play-off Degradasi: Kemenangan Sampdoria di Tengah Kekacauan
Leg pertama play-off degradasi berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk Sampdoria. Namun, leg kedua di Salerno berubah menjadi kacau.
Gol-gol Massimo Coda dan Giuseppe Sibilli di babak pertama dan kedua sejatinya mengamankan kemenangan agregat 4-0. Namun, kerusuhan suporter tuan rumah memaksa penghentian pertandingan pada menit ke-65.
Suporter Salernitana melemparkan flare, petasan, dan kursi ke lapangan Stadion Arechi. Akibatnya, pertandingan dibatalkan dan Salernitana diperkirakan akan dijatuhi sanksi kekalahan 0-3.
Kemenangan agregat Sampdoria diperkirakan akan menjadi 5-0 setelah sanksi tersebut diterapkan. Drama ini sekaligus mengakhiri ancaman degradasi bagi Sampdoria.
Pergulatan Finansial dan Pergantian Pelatih
Sampdoria mengalami kesulitan finansial yang cukup berat. Klub ini mencatat kerugian sebesar 40,7 juta euro (sekitar Rp 769 miliar) dalam laporan keuangan tahun 2024.
Setelah degradasi ke Serie B pada tahun 2023, Sampdoria nyaris bangkrut. Klub ini diselamatkan oleh presiden klub saat ini, Matteo Manfredi, dan mantan pemilik Leeds United, Andrea Radrizzani (yang kini telah hengkang).
Saat ini, mayoritas saham Sampdoria dimiliki oleh pengusaha asal Singapura, Joseph Tey.
Untuk mengatasi krisis, Sampdoria melakukan perubahan besar di tubuh kepelatihan. Mereka menunjuk Alberico Evani dan Attilio Lombardo sebagai pelatih pada bulan April.
Penunjukan ini merupakan yang keempat kalinya dalam satu musim. Sebelumnya, Andrea Pirlo, Andrea Sottil, dan Leonardo Semplici telah lebih dulu menduduki kursi pelatih Sampdoria.
Jalan Berliku Menuju Keselamatan: Dari Keracunan Makanan hingga Ancaman Degradasi
Leg kedua play-off sempat tertunda dari jadwal semula karena wabah keracunan makanan yang menyerang pemain dan staf Salernitana setelah leg pertama di Genoa.
Salernitana, yang hanya membutuhkan hasil imbang agregat untuk bertahan, sempat unggul sementara melalui gol Gian Piero Ferrari. Namun, gol tersebut dianulir karena handball.
Gol pembuka Sampdoria oleh Coda memicu kemarahan di tribun. Ketegangan makin meningkat setelah Sibilli mencetak gol kedua.
Pertandingan beberapa kali dihentikan karena ulah penonton. Para pemain sempat masuk ke ruang ganti dengan harapan situasi mereda.
Namun, lemparan benda dari tribun kembali terjadi ketika pertandingan dilanjutkan, kali ini di stadion yang sudah setengah kosong. Wasit Daniele Doveri pun memutuskan untuk menghentikan laga.
Kisah Sampdoria musim ini menjadi bukti kegigihan dan perjuangan di tengah kesulitan finansial dan tantangan di lapangan. Meskipun penuh drama, akhirnya Sampdoria berhasil mempertahankan tempatnya di Serie B. Mereka pun dapat fokus untuk mempersiapkan musim depan dengan lebih baik.