Banyuwangi, Jawa Timur, baru-baru ini meluncurkan sebuah terobosan di bidang pertanian: ekosistem beras biofortifikasi berskala industri pertama di Indonesia. Inisiatif ini bukan sekadar inovasi pertanian, melainkan langkah strategis dalam mengatasi masalah gizi nasional, khususnya stunting, dan membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan di tengah perubahan iklim. Program ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk para ahli gizi dan pemerintah.
Keberhasilan Banyuwangi ini menandai babak baru dalam upaya meningkatkan kualitas gizi masyarakat melalui sumber pangan utama. Melalui pendekatan berbasis pangan, program ini menjanjikan solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk masalah kekurangan gizi mikro.
Beras Biofortifikasi: Solusi ‘Hidden Hunger’ di Indonesia
Program beras biofortifikasi di Banyuwangi fokus pada pengembangan varietas padi yang diperkaya dengan zat besi (Fe) dan seng (Zn). Kedua mikronutrien ini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, serta kesehatan ibu.
Varietas Nutrizinc, yang digunakan pada tahap awal pengembangan, telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan kandungan Fe dan Zn 25-50% lebih tinggi daripada padi biasa. Penggunaan lahan seluas 5 hektar menjadi pilot project untuk pengembangan program ini secara lebih luas.
Inovasi Teknologi Pertanian untuk Hasil Optimal
Ekosistem ini tidak hanya berfokus pada varietas padi, tetapi juga mengadopsi teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Teknologi PPAI® dari Pandawa Agri Indonesia berperan penting dalam meningkatkan kesehatan tanaman dan tanah.
Teknologi PPAI® terbukti efektif dalam mendorong praktik pertanian yang ramah lingkungan dan ekonomis. Selain itu, penerapan metode irigasi Alternate Wetting and Drying (AWD) secara signifikan mengurangi penggunaan air, sehingga lebih berkelanjutan.
Efisiensi Penggunaan Air dan Pengurangan Emisi
Penggunaan teknologi PPAI® dan AWD menghasilkan efisiensi yang luar biasa. Penelitian IPB University menunjukkan bahwa Teknologi PPAI® dapat menurunkan emisi metana hingga 24%.
Kombinasi AWD dan Teknologi PPAI® membuat budidaya padi menjadi 213% lebih efisien dalam penggunaan air dibandingkan metode konvensional. Ini berkontribusi nyata terhadap target iklim di sektor pertanian Indonesia.
Pengembangan Varietas Unggul dan Kolaborasi Multipihak
Keberhasilan program ini tidak terlepas dari peran pemuliaan tanaman. Varietas unggul seperti IPB 9G dan IPB 15S, yang memiliki kandungan mikronutrien tinggi dan hasil panen yang lebih baik, mulai diujicobakan.
Penelitian terus dilakukan untuk menemukan varietas padi biofortifikasi lainnya dengan kandungan gizi yang lebih tinggi dan hasil panen yang lebih optimal. Kolaborasi antara IPB University, Badan Gizi Nasional (BGN), dan Pandawa Agri Indonesia menjadi kunci keberhasilan program ini.
Inisiatif Banyuwangi ini bukan hanya sekadar program pertanian, melainkan contoh nyata kolaborasi yang efektif antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta dalam mengatasi masalah gizi dan ketahanan pangan. Keberhasilan ini diharapkan dapat direplikasi di daerah lain di Indonesia, membuka jalan menuju masa depan pertanian yang lebih berkelanjutan dan mampu memberikan gizi optimal bagi seluruh masyarakat. Program ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi di bidang pertanian dapat berkontribusi signifikan terhadap peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.