Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono optimistis target swasembada dan kedaulatan pangan yang dicanangkan Presiden akan tercapai lebih cepat. Kepercayaan diri ini didorong oleh kepemimpinannya yang baru sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
Kepemimpinan Sudaryono di HKTI dinilai akan menciptakan rantai komando yang lebih efisien. Ini merupakan pertama kalinya seorang pejabat setingkat wakil menteri memimpin HKTI pasca reformasi. Ia meyakini posisi ini akan menjadi kekuatan tambahan dalam upaya mencapai swasembada pangan.
“Saya yakin dan percaya dengan keaktifan rekan-rekan di HKTI, ditambah juga keaktifan birokrasi di Kementerian Pertanian, termasuk kami yang didaulat sebagai ketua umum, di sisi lain juga adalah wakil menteri, saya merasa ini menambah pasukan,” ungkap Sudaryono seperti dikutip Antara, Kamis (26/6).
Ia menekankan bahwa ini bukan soal perbedaan komando, melainkan penambahan kekuatan dalam satu kesatuan. “Artinya, ketambahan pasukan dalam satu rantai komando, bukan beda komando, ini satu ketua, satu kebijakan, satu perintah, satu surat edaran,” tambahnya.
Dengan kepemimpinan yang terintegrasi ini, Sudaryono berharap produktivitas pertanian nasional akan meningkat signifikan. Hal ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan pangan dan bahkan membuka peluang ekspor produk pertanian Indonesia ke pasar internasional.
Prioritas utama kepemimpinan Sudaryono di HKTI adalah peningkatan kesejahteraan petani. Organisasi yang berdiri sejak 1973 ini akan difokuskan untuk memberdayakan petani dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Sudaryono resmi menjabat sebagai Ketua Umum HKTI periode 2025-2030 setelah terpilih dalam Musyawarah Nasional ke-10 di Jakarta. Ia menegaskan bahwa dualisme yang selama ini terjadi di tubuh HKTI telah berakhir di bawah kepemimpinannya. Kedua kubu yang sebelumnya berseteru kini telah bersatu.
“Tidak akan ada lagi dualisme setelah ini, insyaallah,” tegasnya. Persatuan ini diharapkan dapat memperkuat organisasi dan memaksimalkan upaya mencapai swasembada pangan.
Tantangan Kepemimpinan Sudaryono di HKTI
Meskipun optimis, Sudaryono menghadapi beberapa tantangan besar. Salah satunya adalah masalah infrastruktur pertanian yang masih belum merata di seluruh Indonesia. Perbaikan infrastruktur irigasi, jalan akses menuju lahan pertanian, serta penyimpanan pasca panen masih menjadi pekerjaan rumah yang besar.
Peran Teknologi dan Inovasi
Teknologi dan inovasi juga memegang peranan penting. Penerapan teknologi pertanian modern, seperti sistem irigasi tetes, penggunaan pupuk organik, dan pemanfaatan big data dalam pertanian, perlu didorong secara masif. Hal ini akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian.
Penguatan Kelembagaan Petani
Penguatan kelembagaan petani juga krusial. Pembentukan koperasi petani yang kuat dan berdaya saing akan membantu petani dalam mengakses pasar, mendapatkan pembiayaan, dan meningkatkan kemampuan negosiasi.
Keterlibatan Generasi Muda
Menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian juga merupakan tantangan. Pemerintah perlu membuat pertanian lebih menarik dan modern, sehingga dapat menjadi pilihan karir yang menjanjikan bagi generasi muda.
Harapan Terhadap Swasembada Pangan
Dengan kepemimpinan Sudaryono dan langkah-langkah strategis yang tepat, target swasembada pangan Indonesia diharapkan dapat tercapai lebih cepat. Namun, kesuksesan ini membutuhkan kolaborasi dan kerja keras dari semua pihak, termasuk pemerintah, petani, dan pelaku usaha di sektor pertanian.
Swasembada pangan bukan hanya sekadar soal jumlah produksi, tetapi juga kualitas dan aksesibilitas pangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Keberhasilan ini akan berkontribusi pada ketahanan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat Indonesia.