Popularitas olahraga padel di Indonesia terus meningkat, tak lepas dari pemberitaan mengenai pajak hiburan yang diterapkan di Jakarta. Artikel ini akan membahas sejarah, cara bermain, dan regulasi olahraga padel, serta menjelaskan perbedaannya dengan tenis.
Selain itu, kita akan membahas penerapan pajak olahraga padel di Jakarta, yang menjadi perbincangan hangat belakangan ini.
Sejarah Padel
Padel, atau padel tenis, muncul di Acapulco, Meksiko pada tahun 1969.
Olahraga ini kemudian menyebar ke negara-negara Amerika Latin sebelum akhirnya populer di Eropa, terutama Spanyol.
Di Spanyol, padel berkembang pesat dan Federasi Padel Dunia (IPF) pun didirikan di Madrid pada tahun 1991.
Sejak 2010, popularitas padel semakin meningkat secara global, didukung oleh banyaknya pemain sepak bola top yang memainkannya.
Banyak klub sepak bola top di Spanyol, tempat padel sangat populer, memiliki komunitas padel sendiri.
Di Indonesia, Pengurus Besar Padel Indonesia (PBPI) telah dibentuk dan berada di bawah naungan KONI Pusat.
Regulasi Padel: Lapangan, Net, Kaca, Raket
Menurut regulasi IPF, lapangan padel berukuran sepertiga lapangan tenis dan seluruh sisinya tertutup kaca.
Ukuran lapangan padel adalah 20 meter panjang dan 10 meter lebar, dengan lantai berbahan rumput buatan yang dicampur pasir halus.
Net padel selebar 10 meter dan tingginya 0,92 meter.
Dinding kaca belakang setinggi 4 meter, sementara dinding kaca samping setinggi 3 meter.
Dinding kaca ini merupakan bagian penting permainan karena bola dapat dipantulkan ke dinding.
Raket padel berbeda dengan raket tenis atau bulu tangkis karena tidak memiliki senar.
Raket padel terbuat dari bahan semi karbon plastik fiber, dengan ketebalan 38 cm dan lebar 2,6 cm. Panjangnya 45,5 cm.
Bola padel mirip dengan bola tenis, berdiameter 6,77 cm dan berat 59,4 gram.
 Bola, raket, dan lapangan padel. Foto: Getty Images/mikeorlov |
Cara Bermain Padel dan Perbedaannya dengan Tenis
Permainan padel dimulai dengan servis, mirip dengan tenis dan bulu tangkis.
Pemain pertama harus memukul bola melewati net dan memantul sebelum mengenai area servis lawan.
Jika bola mengenai dinding tanpa memantul terlebih dahulu, maka bola dianggap keluar dan lawan mendapat poin.
Sistem skor padel sama dengan tenis, menggunakan skema 15-30-40 dalam setiap game.
Satu set dimenangkan jika seorang pemain menang 6 game dengan unggul minimal 2 game.
Pertandingan padel terdiri dari 3 set.
Padel dan tenis memiliki kemiripan, tetapi juga perbedaan signifikan.
- Servis padel dilakukan di bawah lengan, sedangkan tenis dapat dilakukan di bawah atau atas lengan.
- Lapangan padel dikelilingi dinding kaca, sedangkan lapangan tenis tidak.
- Di padel, bola yang keluar lapangan masih dapat dimainkan, berbeda dengan tenis.
- Dinding di sekitar lapangan padel dapat digunakan dalam permainan, tidak seperti tenis yang mengharuskan pemain tetap berada di dalam garis lapangan.
Pajak Olahraga Padel di Jakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan fasilitas olahraga padel sebagai objek pajak daerah dengan tarif 10%.
Kebijakan ini berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Nomor 257 Tahun 2025.
Andri M. Rijal, Ketua Satuan Pelaksana Penyuluhan Pusat Data dan Informasi Pendapatan Jakarta, membenarkan hal tersebut.
Ia menyatakan bahwa olahraga padel dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Hiburan dan Kesenian dengan tarif 10%.
Kesimpulannya, padel merupakan olahraga yang menarik dan semakin populer. Pemahaman mengenai aturan main, regulasi, dan pajak yang berlaku sangat penting bagi perkembangan olahraga ini di Indonesia. Dengan semakin banyaknya informasi yang tersedia, diharapkan padel akan semakin berkembang dan dinikmati oleh lebih banyak orang.
