Indonesia resmi memiliki pabrik panel surya terintegrasi pertama dan terbesar. Pabrik milik PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI) ini diresmikan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Senin, 16 Juni 2025. Berlokasi di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, pabrik ini merupakan hasil kolaborasi Trina Solar Co Ltd, PT Daya Sukses Makmur Selaras (anak usaha Sinar Mas Group), dan PT PLN Indonesia Power Renewable.
Kehadiran pabrik ini menandai langkah signifikan Indonesia dalam transisi energi menuju energi baru terbarukan (EBT). Investasi yang mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun ini juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong penguasaan teknologi di sektor energi terbarukan.
Pabrik Panel Surya Terbesar di Indonesia: Teknologi Canggih dan Kapasitas Produksi Gigawatt
Pabrik TMAI telah beroperasi penuh dan menggunakan teknologi i-TOPCon Advanced. Teknologi ini menghasilkan panel surya dengan daya hingga 720 Wp per panel, mencapai efisiensi tertinggi di kelasnya yaitu 23,2%.
Dengan kapasitas produksi mencapai 1 gigawatt (GW), pabrik ini menjadi yang terbesar di Indonesia. Bahkan, TMAI mengklaim mampu menghasilkan salah satu panel surya terbesar di dunia dari sisi kapasitas.
Pabrik ini juga menyerap tenaga kerja hingga 640 orang. Selain itu, TMAI juga menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan di bidang produksi sel dan modul surya.
Peran Penting dalam Memperkuat Ekosistem EBT Nasional
Pemerintah Indonesia sangat mendukung pengembangan energi surya. Hal ini tercermin dalam dukungan terhadap pembangunan pabrik TMAI dan komitmen terhadap transisi energi.
Managing Director Sinar Mas, Ferry Salman, mengapresiasi dukungan pemerintah. Ia berharap momentum positif ini berlanjut agar industri panel surya nasional semakin mandiri dan berdaya saing.
Peresmian pabrik dihadiri Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, jajaran direksi TMAI, pimpinan Sinar Mas, perwakilan mitra strategis, dan tamu undangan lainnya.
Dorongan Hilirisasi dan Pengurangan Ketergantungan Impor
TMAI diharapkan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor komponen energi. Pabrik ini akan mendorong hilirisasi industri dan memperkuat ekosistem energi surya dalam negeri.
Direktur TMAI, Ooi Kok Tiong, menyatakan pabrik ini berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Kontribusi tersebut diperkirakan sebesar 8% per tahun, menghasilkan sekitar Rp 3,7 triliun selama masa investasi dan Rp 1 triliun per tahun selama masa operasional.
TMAI juga akan berperan dalam strategi jangka panjang. Strategi tersebut meliputi pengolahan bahan baku seperti wafer dan ingot, hingga pengembangan smelter polisilikon.
Langkah ini mendukung program pemerintah menuju ekonomi hijau. Kehadiran TMAI merupakan kontribusi nyata dalam membangun masa depan energi Indonesia yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, pembangunan pabrik panel surya TMAI merupakan pencapaian penting bagi Indonesia. Tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi energi terbarukan, tetapi juga mendorong hilirisasi industri dan mengurangi ketergantungan impor. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam membangun ekonomi hijau dan ketahanan energi nasional.