Indonesia dan Swiss memperkuat kerja sama bilateral di bidang ketenagakerjaan. Kemitraan ini difokuskan pada peningkatan akses kerja bagi kaum muda, pekerja sektor hijau, dan kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas. Upaya ini diharapkan dapat mendorong inklusi ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih adil.
Langkah ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Kerja sama dengan Swiss diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penguatan Akses Kerja bagi Kelompok Rentan dan Sektor Hijau
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menekankan pentingnya kerja sama ini untuk memberikan dampak langsung bagi penyandang disabilitas yang seringkali menghadapi hambatan dalam dunia kerja. Pemerintah berupaya menciptakan akses yang inklusif bagi mereka untuk mencapai kemandirian ekonomi.
Kerja sama ini juga mencakup pengembangan tenaga kerja di sektor hijau, khususnya energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dan beralih ke energi yang lebih berkelanjutan.
Digitalisasi Layanan Ketenagakerjaan dan Peningkatan Kapasitas SDM
Indonesia mengusulkan digitalisasi layanan ketenagakerjaan publik yang lebih inklusif kepada pemerintah Swiss. Ini mencakup peningkatan kapasitas petugas pengantar kerja, penguatan sistem pembayaran upah digital, dan perluasan akses keuangan untuk wirausaha muda binaan Kemnaker.
Modernisasi sistem ketenagakerjaan diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan, serta mempermudah akses bagi para pencari kerja dan pengusaha. Peningkatan kapasitas SDM juga menjadi fokus utama dalam kerja sama ini.
Kerja Sama Konkret dan Replikasi Model Keberhasilan Swiss
Salah satu bentuk kerja sama yang telah berjalan adalah proyek Renewable Energy Skills Development (RESD) sejak 2020. Proyek ini telah dilaksanakan di beberapa Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) di Aceh, Ambon, Lombok Timur, dan Ternate.
Proyek RESD bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja terampil di bidang energi surya, hidro, dan hibrida. Namun, proyek ini menghadapi tantangan dalam hal kelengkapan peralatan pelatihan dan pendanaan keberlanjutan. Indonesia berharap mendapat dukungan Swiss untuk kelanjutan fase kedua program ini.
Indonesia juga tertarik pada sistem pemagangan Swiss yang berhasil menghubungkan pendidikan vokasi dengan kebutuhan dunia kerja. Sistem ini tidak hanya menekankan aspek teknis, tetapi juga pendekatan budaya dan peran keluarga.
Sistem pemagangan Swiss dinilai relevan untuk direplikasi di Indonesia guna meningkatkan kualitas tenaga kerja dan kesesuaiannya dengan kebutuhan industri. Kedua negara juga akan menjajaki kerja sama antar lembaga vokasi di bidang teknologi dan kecerdasan buatan (AI).
Kerja sama ini bertujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia menghadapi tantangan transformasi digital global. Sebagai tindak lanjut, kedua negara akan mengadakan Labour Tripartite Dialogue kelima pada 21-24 Oktober 2025 di Bern, Swiss.
Melalui kerja sama ini, Indonesia berharap dapat menciptakan sistem ketenagakerjaan yang lebih adil, adaptif, dan inklusif. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kerja sama dengan Swiss diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai tujuan tersebut.
Keberhasilan kerja sama ini akan berdampak luas, tidak hanya bagi peningkatan kualitas SDM Indonesia, tetapi juga bagi pencapaian target nasional pengurangan emisi karbon dan transisi energi yang berkelanjutan. Komitmen kedua negara untuk kolaborasi yang berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan inisiatif ini.