Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) terus berlanjut. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dody Hanggodo, memastikan proyek tahap kedua IKN tetap berjalan sesuai rencana. Meskipun Kementerian PUPR tidak memiliki proyek baru di IKN, fokus mereka kini tertuju pada penyelesaian proyek yang telah dimulai. Anggaran yang tersedia diklaim mencukupi untuk menyelesaikan pembangunan yang masih berlangsung.
Proyek IKN Tahap Kedua: Jalan, Ruang Terbuka Hijau, dan Kawasan Sepaku
Otorita IKN telah menandatangani sembilan perjanjian kerja sama untuk proyek baru di tahap kedua pembangunan. Proyek ini meliputi tujuh infrastruktur jalan utama. Selain itu, pembangunan juga mencakup penataan kawasan olahraga dan ruang terbuka hijau, serta penataan kawasan Sepaku. Semua proyek ini berkontribusi pada pengembangan IKN yang komprehensif.
Pembangunan jalan sepanjang 12,3 kilometer menelan biaya sekitar Rp 3,042 triliun. Sementara itu, penataan kawasan olahraga, ruang terbuka hijau, dan kawasan Sepaku menelan biaya sekitar Rp 313,2 miliar.
Dana untuk proyek-proyek tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025. Ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mewujudkan IKN sebagai kota masa depan.
Tantangan Pembangunan di Kawasan Sepaku
Penataan kawasan Sepaku menghadirkan tantangan tersendiri. Kawasan ini sudah aktif secara sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, proses menuju penandatanganan kontrak memakan waktu lebih dari satu tahun. Hal ini dilakukan agar pembangunan dapat berjalan selaras dengan kehidupan masyarakat setempat.
Sebagai contoh, pembangunan pasar baru di atas tanah desa memerlukan relokasi sementara para pedagang. Setelah konstruksi selesai, pedagang dapat kembali berjualan di pasar yang telah diperbarui.
Proses ini membutuhkan koordinasi yang cermat antara otoritas IKN dan masyarakat Sepaku. Tujuannya adalah untuk meminimalisir dampak negatif pembangunan terhadap perekonomian masyarakat setempat.
Ruang Terbuka Hijau dan Kawasan Olahraga: Fokus pada Edukasi dan Rekreasi
Proyek penataan kawasan olahraga dan ruang terbuka hijau, termasuk pengembangan kawasan glamping, bertujuan menciptakan ruang publik yang fungsional dan edukatif. Kawasan ini dirancang agar dapat dimanfaatkan masyarakat untuk edukasi, rekreasi, dan riset.
Keberadaan hutan tropis di sekitar kawasan ini menjadi potensi besar untuk pusat pembelajaran dan penelitian kehutanan. Hal ini sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan di IKN.
Kawasan glamping yang ditingkatkan menjadi ruang terbuka hijau diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar dan menjadi daya tarik wisata baru.
Kesimpulan: Melihat Lebih Jauh dari Pembangunan Fisik
Pembangunan IKN tahap kedua tidak hanya sekadar pembangunan fisik. Proyek-proyek ini menunjukkan upaya pemerintah untuk membangun IKN yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan berorientasi pada masyarakat. Tantangan-tantangan yang ada, seperti di kawasan Sepaku, menunjukkan kompleksitas pembangunan kota baru yang harus dihadapi dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Keberhasilan pembangunan IKN akan bergantung pada perencanaan yang matang dan kolaborasi yang efektif antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya. Pembangunan IKN bukan hanya tentang gedung-gedung megah, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang sejahtera dan harmonis.